Antara Aku dan Takdir-Nya
Berbicara takdir, terkadang sejalan dengan keinginan, terkadang bertolak belakang, ada pula yang kadang membahagiakan, pun menyedihkan. Percayalah, tidak ada takdir yang sia-sia meskipun harus ada air mata pada awal episodenya. Diantara abstraktif takdir, ada sebuah poin yang harus digarisbawahi, yaitu nilai dibalik takdir itu sendiri. Tidak ada takdir yang buruk, segala ketetapan yang telah Ia tetapkan adalah segala bentuk rencana yang paling baik untuk menghindari diri dari sebuah keburukan dimasa depan. Ada pula terkadang takdir Ia modifikasi untuk menghindari hati yang terlalu berharap pada makhluk-Nya. Semua terjadi untuk sebuah skenario kebaikan dimasa depan.
Penerimaan takdir pun tidak sepenuhnya lapang, terkadang harus terluka, terseok, menangis atau bahkan seperti kehilangan sebagian diri. Percayalah, itu hanyalah sementara. Tidak ada hati dan diri yang betul-betul kecewa dan hancur, selagi diri meminta Ia menggenggamnya. Terkadang kehancuran itu akan membawa sebuah kelapangan yang mungkin hanya ditunda sebentar. Seakan seperti badai, mungkin secara kasat mata diri hanya melihat pada sisi kerusakannya saja, namun bisajadi badai tersebutlah yang membersihkan jalan di depan yang akan dilalui. Mungkin point pentingnya adalah, tetap berbaik sangka atas apa yang terjadi pada diri. Antara aku dan takdir-Nya, mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan, tapi pasti sesui dengan kebutuhan.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 216)
Comments
Post a Comment