Aku dan Pikiranku




 Entah bagaimana bisa? terkadang pikiran seolah-olah melayang mengenai hal yang belum tentu terjadi. Semakin lama ternyata pikiran-pikiran itu yang membuat diri semakin tidak nyaman. Berusaha mencari titik temu, namun yang muncul masalah baru. Bagaimana bisa keselarasan antara pikiran dan peluang suatu peristiwa yang belum tentu terjadi itu muncul? Deretan-deretan potret masa lalu muncul seakan-akan berkolase dan memberikan warning untuk pikiran yang mulai sedikit ciut. Keberanian dalam pengambilan langkah besar pun kian lama kian mengecil. Perselisihan antara aku dan semua semakin besar, bermula dari sebuah bilik kecil yang masih terbayang akan potret masa lalu dan membuat hati semakin was-was. Apakah aku baik-baik saja?

Pikiran-pikiran ini telah cepat menyebar pada bilik-bilik yang berusaha kujaga baik-baik. Pikiran itu bagaikan bayangan hitam yang menipuku setiap waktu. Semakin ku kejar, ternyata semakin menjauhkan dari kedamaian dan kesempunaan yang aku inginkan. Aku harus apa? Hati ku berbisik untuk menenangkan hayalan yang kian lama merajam akal sehat dan meredakan rasa takut serta kekhawatiran akan masa depan yang belum tentu terjadi. "Cukup! Tenangkan diri dulu! Kamu tidak baik-baik saja" hatiku berkata. Akupun mulai berhenti dan mencari sebuah arti tersirat dari pikiran ku yang semakin runyam. Apakah ini yang disebut Over thinking?

Sedetik kemudian aku mencoba memeluk diriku seerat-eratnya. Nafas mulai melambatkan kecepatannya dan pergerakan diafragma semakin menurun. Perlahan raga, pikiran, dan hatiku mulai tenang. Aku mulai berbisik "Apa si yang kamu takutkan?". Bisikan itu membawaku pada sebuah ruang yang seakan-akan tak asing. " Aku kenal ruang ini. Ini adalah potret diriku" tegasku. Aku melihat diriku yang mulai hilang kesadaran karena ketakutan luar biasa akan sebuah keputusan.

"Mama nggak tau! Aku capek! Gara-gara mama sakit mulu aku bisa-bisa dipecat keseringan izin!" Marahku .Seorang paruh baya berdiri di depanku, Ia menitikkan airmatanya. Entah apa yang telah kuucapkan,mungkin hatinya benar-benar sakit. Kekhawatiran akan kondisiku saat ini membuat diri  tega berucap keras kepada wanita paruh baya yang biasa kusebut mama. Emosi membara memprovokasi pikiran yang semakin hitam. Sungguh teganya diri ini meruntuhkan indahnya surga yang selama ini merawat ku yang lemah hingga dewasa, hanya karena sebuah kekhawatiran karir.

Aku mencoba memulihkan hati mama, mungkin tidak akan mampu memulihkan segalanya kembali utuh. Kata-kata yang terucap terlampau keras dan sepertinya akan selalu tergores dalam hatinya. Aku tak berani menatap mata mama yang penuh air mata menahan sakit hati. Aku hanya ingin berkata maaf. "Semoga rezekimu lancar Nak" ucap mama lirih. Ponsel ku berdering, ku angkat perlahan " Halo Mbak Ana bagaimana keadaan ibunya? Saya dapat pesan dari Direktur. Besok Mbak Ana masuk ya. Customer kita di Filipina tertarik dengan ide Mbak Ana dan besok Mbak Ana akan dipromosikan sebagai kepala cabang di sana". Suara itu tak mampu membendung airmata ku. Aku menyetujui perjanjian itu. Ku tutup ponselku, kupeluk mama dalam-dalam sembari berkata "maafin aku ma". 

Black shadow yang menjebakku tidak lebih dari sebuah penghalang kebahagiaan dan ketenangan. Pikiran-pikiran yang berkeliaran itu hanya membuat diriku dan orang-orang disekitarku sakit. Asumsi-asumsi sepihak seringkali kulontarkan, sebuah statement bahwa ini akan begini dan itu akan begitu. Perlahan kebenaran semakin jauh karena asumsiku yang berlebihan. Tindakanku tidak waras dan jiwaku koyak oleh pikiranku sendiri. Hatiku sakit dan kecewa karena asumsi yang kubuat, kawan dekat tidak lagi rekat, kerabat semakin bersekat, bahkan kekasih pun memilih pergi.

Aku semakin paham, ternyata pikiran-pikiran itu yang membuatku semakin diasingkan dunia. Automatic thought yang pernah ku pelajari benar adanya. Aku mengakui bahwa ini perlu dikendalikan. Emosi dan tingkah laku yang semakin tidak terkontrol akan membuat akal sehat termanipulasi. Membuat semua kacau berantakan. Fokus hilang serta pikiran sehat buyar. Aku mulai menyusun lingkungan idealku, membangun sebuah circle yang ku butuhkan.

lingkungan yang tidak mendukungku mulai ku hindari. Meditasi untuk proses healing lebih sering kulakukan. Kubangun rencana-rencana kecil sebagai tangga rencana besar dan meredupkan angan-angan yang berlebihan. Aku berhenti membandingkan diriku dengan orang lain dan mulai memberikan penghargaan lebih untuk diriku sendiri.

 Aku yang membuat bahagiaku dan aku berusaha keras untuk itu. Aku mulai belajar jujur kepada diriku dan orang sekitar tentang pikiran dan perasaan. Perlahan, pikiran-pikiran yang ku takutkan semakin berkurang. Aku lebih menyibukkan diri untuk berorientasi pada tujuan yang aku buat dan tidak merisaukan apa yang akan terjadi kedepannya. Aku mulai belajar menyuport mereka yang senasip dengan ku, entah sahabatku atau orang terdekatku. Meyakini mereka bahwa segalanya akan baik-baik saja.

يَمْحُوْا اللّٰهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۚ وَعِنْدَهٗۤ اُمُّ الْكِتٰبِ

"Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuz)." (QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 39)

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Dua ayat ini membuatku teringat akan kekhawatiran yang selama ini kurasakan. Ternyata selama ini aku hanya berkutat pada sebuah kotak yang sebenarnya aku mampu membukanya, tetapi diri tak mampu membuka karena tiupan rasa was-was yang syaitan berikan ke dalam pikiran dan hati. Aku sadar, ternyata ilusi-ilusi itu hanya merusak. Iman kepada Sang Pencipta yang mampu meruntuhkannya. Keyakinan akan sebuah takdir yang mampu merobohkan kotak itu sehingga kedamaian dalam menjalankan hidup dapat kuraih. Dari situ keyakinan dalam hati menjadi kuat bahwa Segalanya akan baik-baik saja.

"Rational Thinking akan mengarahkan seseorang pada renacana,sedangkan overthinking hanya mengantarkan seseorang menuju wacana dan ketidak warasan pikiran"

 

Sumber :

Al-Quran

You are Overthinking!- Ratna Widia

Psikologi - Alan Porter



Comments

Popular posts from this blog

BERTUMBUH

Memeluk Diri

Antara Aku dan Takdir-Nya